MAKALAH
EFEK KOMUNIKASI MASSA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik Komunikasi
Dosen Pengampu: Drs. Soleh Amini Yahman, M.Si
Di
susun oleh :
Nabella Nurul Hidayah F100150138
Layli
Mulia Tsani F100150227
Dyah Harima Indraswari F100150234
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala
rahmatNYA sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang "Efek
Komunikasi Massa " ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW.
Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya. Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat
menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Karena keterbatasan kami, masih banyak kekurangan
dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Surakarta, 05 Januari 2017
Penulis,
A.
Pengertian
Komunikasi Massa
Menurut Bittner, 1989, Komunikasi massa adalah
proses komunikasi dimana informasi – informasi disebarkan melalui media massa
untuk menjangkau khalayak yang lebih luas.
Sedangkan menurut Gerbner 1967, komunikasi massa adalah
produksi dan distribusi yang melandasi teknologi dan lembaga dari arus pesan
yang kontinue serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.
B.
Efek
Komunikasi Massa
1.
Efek
Komunikasi massa terhadap Individu
Pada bagian ini akan
ditujukan dalam tiga teori :
a. Stimulus
– Respons
Efek merupakan reaksi
terhadap stimuli tertentu. Dalam teori ini terdapat elemen utama yaitu: a. Pesan (stimuli), b.
Individu/seorang penerima (organisme), c. Efek (respon).
Dalam elemen ini terdapat
dua teori:
Yang pertama prinsip
stimuli respon merupakan dasar dari teori jarum hipodermik. Dalam teori ini
pesan atau isi media dipandang sebagai obat yang disuntikkan kedalam pembuluh
darah audience. Isi media atau isi pesan (stimulus) yang disebarkan atau
disampaikan kepada individu (organisme) akan menghasilkan dampak atau efek
(respon) tertentu yang berkaitan dengan stimulus. Secara serempak pesan
tersebut dapat tersedia bagi sejumlah besar individu dan bukannya ditujukan
pada orang per orang. Dalam teori ini diasumsikan bahwa terpaan informasi atau
pesan media dalam tingkat tertentu akan menghasilkan efek, sedangkan individu
yang tidak terjangkau oleh terpaan media tidak akan terpengaruh. Maka dari teori ini dapat di simpulkan bahwa efek
yang dihasilkan dari isi media terhadap individu dianggap sama atau seimbang.
Kedua teori De Fleur yang memodifikasi teori
stilumus respon dengan teori individual differences, perbedaan individu dalam
komunikasi massa. Lalu Melvin DeFleur
mengembangkan model psikodinamik yang diyakini bahwa kunci dari persuasi yang
efektif terletak pada modifikasi struktur psikologis internal dari individu. Dari teori ini diasumsikan bahwa informasi –
informasi media berisi stimulus tertentu yang berinteraksi secara berbeda-beda
dengan karakteristik pribadi dari para anggota audience. Maka dapat disimpulkan
bahwa efek atau respon yang dihasilkan
dari isi media terhadap individu berbeda tergantung dari karakteristik dari
audiences, dan efek atau respon itu mendasarkan pada perubahan sikap sebagai
ukuran bagi perubahan perilaku.
b. Komunikasi
dua arah dan pengaruh antar pribadi (two step flow)
Berawal dari penelitian
Lazarsfeld yang menunjukkan bahwa
teori stimulus respon tidak cukup menggambarkan realitas audience media massa
dalam penyebaran arus informasi dan pembentukan pendapat umum. Maka Lazarsfeld mengajukan gagasan mengenai
komunikasi dua tahap dan konsep “pemuka
pendapat”. Menurut teori inimedia massa
tidak bekerja dalam suatu situasi kevakuman sosial, tetapi memiliki suatu akses
kedalam jaringan hubungan sosial yang sangat kompleks, dan bersaing dengan
sumber – sumber gagasan, pengetahuan, dan kekuasaan dll. Dalam teori ini
komunikasi massa dilakukan melalui dua tahap yaitu pesan atau informasi
disampaikan kepada para pemuka pendapat lalu para pemuka pendapat menyebarkan
kepada masyarakat. Pemuka pendapat ini pula yang berperan dalam
merekomendasikan dan menkorfirmasi perubahan sikap dan perilaku masyarakat di
sekitarnya.
c. Difusi
Inovasi
Teori difusi inovasi
merupakan gabungan dari teori stimulus-respon dan two step flow. Artinya dengan
memanfaatkan kekuatan media massa sampai pada taraf tertentu, proses komunikasi
juga melibatkan jaringan antar pribadi yang akan memperkuat tingkat adopsi
seseorang atas sesuatu inovasi. Teori ini pada prinsipnya adalah komunikasi dua
tahap jadi didalamnya juga dikenal dengan pemuka pendapat (agen perubahan).
Teori ini sangat menekankan pada sumber-sumber non-media (sumber personal
misalnya tetangga, teman, ahli, dsb), dan biasanya mengenal gagasan – gagasan
baru yang disebarkan untuk mengubah perilaku melalui penyebaran informasi dan
upaya mempengaruhi motivasi dan sikap. Everett
A Roger (1973) dan Floyd G Shoemaker
(1973) memberikan asumsi bahwa ada 4
tahap dalam proses suatu difusi inovasi:
1. Pengetahuan
: kesadaran individu akan adanya inovasi dan adanya pemahaman tertentu tentang
bagaimana inovasi tersebut berfungsi.
2. Persuasi
: individu membentuk atau memiliki sikap yang menyetujui atau tidak menyetujui
inovasi tersebut.
3. Keputusan
: individu terlibat dalam aktivitas yang membawa pda suatu pilihan untuk
mengadopsi atau menolak inovasi.
4. Konfirmasi
: individu akan mencari pendapat yang menguatkan keputusan yang telah
diambilnya, dan keputusan tersebut dapat berubah jika pesan beralawan.
2.
Efek
Komunikasi Massa terhadap Masyarakat dan Budaya
Pada pendekatan
ini De Fleur mengembangkan teorinya
dengan manambahkan variabel norma budaya dalam efek media. Teori ini di kenal
dengan “Culture Norms” yang berpendapat bahwa media tidak hanya memiliki efek
langsung terhadap individu, tetapi juga mempengaruhi kultur, pengetahuan
kolektif, dan norma serta nilai – nilai dari suatu masyarakat. Media massa telah
menghadirkan seperangkat citra (image), gagasan, dan evaluasi dari mana
audience dapat memilih dan menjadikan acuan bagi perilakunya. Misalnya dalam
hal perilaku seksual, media massa memberikan suatu pandangan kumulatif mengenai
apa yang dianggap normal dan apa yang disetujui
atau tidak disetujui. Dalam pendekatan ini ada 4 teori yang dibahas
yaitu :
a. Teori
Agenda – Setting
Maxwell
McCombs dan Donald
Shaw menjelaskan bahwa audience tidak hanya mempelajari berita-berita dan al-hal lainnya melalui media
massa tetapi juga mempelajari seberapa besar arti penting diberikan pada suatu isu
atau topik tersebut.
b. Teori
Dependensi
Teori ini dikembangkan
oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin L. DeFleur yang memfokuskan
perhatian pada kondisi struktural suatu masyarakat yang mengatur kecenderungan
terjadinya suatu efek media massa. Pemikiran terpenting dari teori ini adalah
dalam masyarakat modern, audience menjadi tergantung pada media massa sebagai
sumber informasi bagi pengetahuan tentang dan orientasi kepada apa yang terjadi
dalam masyarakatnya. Mengenai teori ini terdapat tiga jenis efek yang dapat
dipelajari yaitu:
·
Kognitif
Menciptakan atau
menghilangkan ambigutitas
Pembentukan sikap
Agenda setting
Perluasan sistem
keyakinan masyarakat
Penegasan atau
penjelasan nilai – nilai
·
Afektif
Menciptakan kecemasan
atau ketakutan
Meningkatkan atau
menurunkan dukunga moral
·
Behavioral
Mengaktifkan/menggerakkan
atau meredakan
Pembentukan isu
tertentu atau penyelesaiannya
Menjangkau atau
menyediakan strategi untuk suatu aktivitas
Menyebabkan perilaku
dermawan (menyumbangkan uang)
c. Teori
Spiral Kebisuan (spiral of silence)
Dikemukakan pertama
kali oleh Elizabeth Noelle-Neuman,
sosiolog Jerman, pada tahun 1974 teori ini menjelaskan bahwa terbentuknya
pendapat umum terletak dalam suatu proses saling mempengaruhi antara komunikasi
massa, komunikasi antar pribadi, dan persepsi individu atas pendapatnya sendiri
dalam hubungannya dengan pendapat orang lain dalam masyarakat. Spiral of
silence juga menjelaskan bahwa pada umumnya individu menghindari isolasi, dalam
artian sendirian mempertahankan sikap atau keyakinan tertentu. Maka biasanya
orang akan lebih memperhatikan pandangan – pandangan mana yang lebih dominan
dan mendapat dukungan dan mana yang tidak dominan. Dan orang yang merasakan
bahwa pendapatnya termasuk dalam pandangan yang tidak dominan makan orang
tersebut akan cenderung kurang berani mengekspresikannya, karena terdapat
ketakutan terhadap isolasi.
d. Informasi
Gaps (Knowledge Gaps)
Pertama dikemukakan
oleh Phillip Tichenor yang
menjelaskan bahwa ketika arus informasi dalam suatu sistem sosial meningkat,
maka mereka yang berpendidikan dan memiliki status ekonomi yang lebih baik akan
lebih cepat dan lebih baik dalam menyerap informasi dibandingkan mereka yang
kurang berpendidikan dengan status yang lebih rendah. Sedangkan Everett M
Rogers memperkuat asumsi diatas dengan mengatakan bahwa informasi bukan hanya
menghasilkan melebarnya gaps, tetapi juga knowledge gaps, tetapi juga gaps yang
berkaitan dengan sikap dan perilaku. Konsep yang disebut “potensi komunikasi”
tersebut dipandang sebagai alat untuk mencapai nilai-nilai tertent dalam
hidupnya dimana ukuran dan bentuk potensi komunikasi tergantung pada tiga
karakteristik:
·
Karakteristik pribadi
·
Karakteristik seseorang
tergantung pada posisi sosialnya
·
Karakteristik dari
struktur sosial dimana seseorang berada
Faktor yang menentukan
perbedaan potensi komunikasi sehingga menimbulkan knowledge gaps adalah status
ekonomi seseorang.
Adapun efek komunikasi
massa menurut Steven H. Chaffe
mengemukakan bahwa dampak komunikasi massa disebabkan oleh efek pesan dan
dampak media. Efek media massa dapat dilihat dari pendekatan fisik yaitu
diantaranya:
1. Efek
Ekonomi
Dampak ekonomis yang
ditimbulkan oleh kehadiran media massa yaitu menggerakkan usaha dalam berbagai
sektor seperti produksi, distribusi dan konsumsi jasa media massa.
2. Efek
Sosial
Dampak atau efek sosial
yang terjadi adalah perubahan pada struktur atau interaksi sosial sebagai
akibat dari kehadiran media massa.
3. Efek
pada penjadwalan kegiatan
Kehadiran media massa
dapat mengubah jadwal sehari – hari khalayak.
4. Media
massa sebagai penyalur perasaan
Biasanya orang
menggunakan media massa untuk menyalurkan perasaan yang sedang dialaminya seperti
marah, sedih, senang, kecewa, bosan dan sebagainya.
5. Efek
menumbuhkan Perasaan Tertentu
Seseorang akan
mempunyai perasaan positif atau negatif dari informasi yang didapatkan dari
media massa.
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto., dan Muljo
Rahardjo. 2016. Teori Komunikasi. Yogyakarta: Gava Media.
Irwanto. Maret 2010. “Efek Kehadiran Media Massa TV: Perspektif Pesan dan Kehadiran
Media”. Jurnal Komunikasi. Volume 1 No 1.